Setiap tahun ajaran baru, ribuan mahasiswa baru disambut dengan agenda tahunan bernama PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) atau lebih dikenal dengan istilah ospek.
Di atas kertas, konon katanya, kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan mahasiswa dengan dunia kampus, nilai-nilai akademik, dan etika yang akan membentuk mereka menjadi insan perguruan tinggi.
Namun, dalam praktiknya, ospek kerap melenceng jauh dari tujuan luhur itu. Ia sering kali menjelma menjadi ajang perpeloncoan, parade atribut, bahkan ruang pencarian gebetan. 😂
Nah menurut saya, Di sinilah letak kontradiksinya. Di satu sisi, banyak kampus lantang menyuarakan slogan cepat lulus, tepat waktu, unggul dan berdaya saing.”
Bukan kah, itu hal konyol?
Namun, di sisi lain, aturan administratif semacam kewajiban mengikuti ospek justru bisa menjadi penghalang akademik. Ada mahasiswa yang diancam tidak bisa sidang skripsi hanya karena absen di ospek. Pertanyaannya, relevankah sebuah acara seremonial dijadikan syarat kelulusan?
Kelulusan Itu Berdasar Akademik
Bila kita menilik lebih dalam, syarat kelulusan seharusnya hanya berhubungan dengan capaian akademik seperti jumlah SKS, IPK, penelitian, publikasi, dan ujian akhir.
Orientasi mahasiswa baru tidak memiliki kaitan langsung dengan itu. Maka, menunda kelulusan mahasiswa hanya karena tidak ikut ospek jelas merupakan bentuk kekeliruan kebijakan.
Menggagas Orientasi Akademik Baru
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan?
Menurut hemat saya, jawabannya adalah reformasi total. Bahkan, kalau perlu, ospek dalam bentuk sekarang dihapuskan sama sekali.
Jika saya diberi amanah membuat kebijakan pendidikan tinggi, saya akan mengeluarkan peraturan resmi yang menghentikan praktik ospek, dan menggantinya dengan kegiatan orientasi yang murni akademik. Sebut lah, tiba-tiba, Pak Presiden meminta saya menjadi menteri pendidikan tinggi. O, tentu saja saya rubah semuanya.
Coba, Bayangkan orientasi yang bukan perpeloncoan, tetapi workshop etika akademik, pelatihan menulis artikel ilmiah, pengenalan perangkat lunak manajemen referensi, serta kuliah pengantar tentang integritas ilmiah dan literasi digital. Tambahkan pula materi life skills penting seperti manajemen waktu, komunikasi profesional, atau public speaking. Itu semua jauh lebih relevan untuk bekal mahasiswa ketimbang seremonial tanpa substansi.
Biarkan Jejaring Sosial Organik
Nah, Bagaimana dengan jejaring sosial? Biarlah mahasiswa membangunnya secara organik. Mereka bisa memilih masuk organisasi kemahasiswaan seperti BEM, Himpunan, atau UKM, bahkan bisa bergabung dengan organisasi di luar kampus.
Relasi sosial tidak perlu dipaksakan lewat wadah ospek yang sering kali justru membuka ruang penyalahgunaan kuasa. Tidak juga harus ada ikut organisasi di kampus. Coba jujur, relasi itu buat kita dicari yang menguntungkan, bukan? Belum tentu yang di dalam kampus menguntungkan, boleh jadi peluang atau relasi di luar jauh lebih menguntungkan.
Lalu apa peran organisasi mahasiswa? Menurut saya, justru di sanalah kehidupan kampus yang sehat menemukan tempatnya. Organisasi mahasiswa perlu tetap otonom, tanpa intervensi birokrasi yang berlebihan. Namun ketika kultur akademik kampus sudah sehat, organisasi mahasiswa pun akan bergerak ke arah yang lebih konstruktif seperti mengadakan diskusi ilmiah, pelatihan riset, atau advokasi kebijakan publik berbasis data.
Di saat yang sama, mereka tetap bisa menjalankan peran politik sesuai porsinya, melatih keberanian bersuara dan membela kepentingan mahasiswa.
Penutup
Reformasi PKKMB atau ospek bukanlah sekadar soal teknis acara tahunan. Ia menyangkut arah pendidikan tinggi kita: apakah kita ingin melestarikan tradisi lama yang kerap kontraproduktif, atau kita berani melangkah maju, menempatkan orientasi mahasiswa baru sebagai pintu masuk ke dunia akademik yang sesungguhnya. Jawabannya ada pada diri kita, selaku pemangku kebijakan perguruan tinggi.
Tulisan ini tidak dibuat untuk menyudutkan indifidu, pihak, lembaga, atau kelompok mana pun, akantetapi, tulisan ini hadir sebagai gagasan yang mungkin dapat diambil untuk sebuah kemajuan.
Tinggalkan Balasan